Telp : 0811-485171 / SMS : 0811-485171

Produk HERBALIFE adalah MAKANAN !!! BUKAN OBAT .

Tuesday, December 23, 2008



PROFILE PERKINS 400 SERIES 4 CYL

PROFILE PERKINS 400 SERIES 3 CYL



PROFILE PERKINS 400 SERIES 3 CYL

MENGHINDARI SIFAT UJUB ( BERBANGGA DIRI)

Sesungguhnya sifat ujub (berbangga diri)timbul karena kecintaan terhadap diri, sedang yang dicintai tidak akan dilihat dan diyakini kekurangannya, melainkan akan dilihat sebagai sesuatu yang sempurna. Bahaya ujub diantaranya adalah akan membawa kepada kebencian terhadap sesuatu yang menjadi sebab terjadinya ujub yang semula dibanggakan karena orang yang membanggakan dirinya lantaran sesuatu tidak akan mengalami peningkatan dalam sesuatu tersebut. Malah ia akan lebih mencela pendapat, gagasan, dan kekurangan-kekurangan orang lain.

Pengobatnya adalah dengan introspeksi, memeriksa kekurangan-kekurangan diri, meminta orang lain untuk mengoreksi keburukan-keburukan dirinya, serta membandingkan keadaan dirinya dengan orang-orang sebelumnya dalam hal yang membuat ia bangga dan istimewa diantara teman-temannya. Apabila seorang alim ujub dengan ilmu atau kezuhudannya, hendaklah ia melihat prilaku dan reputasi ulama dan orang-orang zuhud, maka pada saat itulah ia akan membanggakan dirinya. Imam Ahmad hafal beribu-ribu hadits, Kahmas bin al-Hasan menamatkan Alqur'an sebanyak tiga kali sehari, dan Salman al-Taimi menunaikan shalat fajar dengan wudlu shalat Isya' selama 40 tahun.

Barang siapa yang merenungkan reputasi suatu kaum, maka ia akan melihat bahwa dirinya dibanding orang lain dalam hal reputasi tersebut bagaikan orang yang bangga dengan satu dinar yang dimilikinya sementara ia tidak tahu bahwa di dunia banyak orang yang memiliki beribu-ribu dinar. Ibrahim Alkhawas berkata : " Ujub ( berbangga diri ) dapat menjadikan seorang tidak tahu diri."

Sebagian orang bijak berkata : " Sikap berbangga diri seseorang merupakan salah satu kedengkian akal. Alangkah meruginya berbangga diri dalam suatu pertemuan."


dikisahkan kembali oleh,

Dwi.s

Sunday, December 21, 2008

MENGHINDARI KEMALASAN

Penyebab malas adalah cinta kesenangan, mengutamakan pengangguran, dan tidak siap menghadapi kesulitan. Didalam hadits Anas bin malik dikatakan , Nabi shallallahu Alaihi wasallam senantiasa memperbanyak doa :

"ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada -Mu dari kesusahan dan kemalasan."

Ibnu Abbas berkata : " Sepasang kekasih, loyo dan malas, telah menikah hingga melahirkan seorang anak yang bernama kefakiran. " Malik bin Dinar berkata : " Tidak ada suatu amal kebaikan apapun tanpa tantangan. Maka barang siapa yang sabar menghadapinya, pasti akan sampai pada kesenangan. Namun apabila mengeluh dan mengalah, dia akan kembali. " Supyan al-Tsauri berkata : " Orang -orang telah pergi di atas kuda-kuda pilihan, sementara kita mogok di atas keledai-keledai bodoh."

Obat Penyakit Malas

Obatnya adalah mengobarkan semangat dengan perasaan takut ketinggalan sesuatu yang dicita-citakan, takut jatuh terperosok kedalam celaan, atau takut terjadi penyesalan dan kesedihan yang mendalam. Kesedihan orang lalai dan lengah akan terasa lebih menyakitkan daripada segala siksaan manakala ia menyaksikan keberhasilan orang yang giat dan bersungguh-sungguh.

Orang yang berakal hendaknya memikirkan akibat buruk dari kemalasan. Tidak sedikit kesenangan menimbulkan duka cita dan penyesalan yang mendalam.

Orang-orang yang bijak telah sepakat bahwa ilmu tidak dapat diraih dengan kesenangan dan kemalasan. Orang yang mau menatap, walaupun hanya sekejap, akibat buruk kemalasan serta mengerti nilai-nilai kesungguhan, niscaya lupa akan kesulitan-kesulitan perjalanan dan siap menghadapi tantangan.

Obat yang paling efektif untuk mengobati kemalasan adalah merenungkan prilaku serta reputasi orang-orang yang rajin dan bersungguh-sungguh serta menjauhi sikap berbangga diri karena sikap tersebut merupakan faktor timbulnya ketunakaryaan pada musim mencari keuntungan.


Dikisahkan kembali dari buku mengobati jiwa yang lelah.

Friday, December 19, 2008

BERHATI - HATILAH BERKENDARAAN DIJALAN RAYA

Bagi rekan -rekan berhati-hatilah berkendaraan dijalan raya. Dibawah ini video incident di jalan raya, semoga video ini menggugah kita untuk sadar berdisipin lalu lintas.




Team EHS Palembang

Dwi septari

Thursday, December 18, 2008

MEWASPADAI JABATAN KEKUASAAN

Ketahuilah bahwa diri senantiasa mencintai kemuliaan dan keluhuran melebihi orang lain, sehingga ia senantiasa memilih kepemimpinan dan kekuasaan karena dengan kekuasaan ia memiliki kemampuan untuk memerintah dan mencegah. Memang memiliki kekuasaan adalah suatu tuntutan, namun walau bagaimanapun didalamnya terdapat marabahaya.Paling tidak, sang penguasa bisa lengser dari kekuasaannya, dan yang paling berbabahaya adalah penyalagunaan kekuasaan itu sendiri.
Yang patut disadari oleh manusia yang mencintai kekuasaan adalah bahwa ia hanya akan mengkhayalkan kekuasaan itu sebagai suatu yang agung selama ia belum sukses meraihnya . Namun apabila kekuasaan itu telah dapat diraih, niscaya ia akan merasakannya sebagai suatu yang biasa-biasa saja, sehingga ia akan menginginkan kedudukan yang lebih tinggi dari pada sebelumnya, dan seterusnya. Ingat bahwa kenikmatan akan menghilang, sedangkan dosa dan bahaya yang mengancam jiwa dan agama agama akan senantiasa ada. Berpkir mengenai hal ini adalah adalah obat dalam upaya mengendalikan ambisi kekuasaan.

Dalam sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan dari abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi Shallallahu Alaihi wasallam bersabda :
" Celakalah para pemimpin, celakalah para urafa', celakalah orang-orang yang mendapat kepercayaan. pada hari kiamat manusia sungguh sangat menginginkan agar mereka digantung dengan jalinan rambut mereka pada tsuraya ( bintang kartika ) sehingga berayun diantara langit dan bumi tanpa berbuat apa-apa".

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abi Dzarr, ia berkata :
" Saya bertanya : Ya Rasulallah, apakah engkau tidak mengangkatku sebagai pengawal ? Abi Dzarr berkata : kemudian Rasulallah bersabda : " Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya kamu itu lemah, sedangkan jabatan Amanah. Pada hari kiamat nanti jabatan itu kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang menerima jabatan dengan haknya dan melaksanakan tugas dengan amanah.


Dikisahkan kembali oleh,

Dwi.s